Kehidupan adalah seperti RODA

Sabtu, 10 September 2011

Garis Wallace

Garis Wallace adalah sebuah garis hipotetis yang memisahkan wilayah geografi hewan Asia dan Australasia. Bagian barat dari garis ini berhubungan dengan spesies Asia; di timur kebanyakan berhubungan dengan spesies Australia. Garis ini dinamakan atas Alfred Russel Wallace, yang menyadari perbedaan yang jelas pada saat dia berkunjung ke Hindia Timur pada abad ke-19. Garis ini melalui Kepulauan Melayu, antara Borneo dan Sulawesi; dan antara Bali (di barat) dan Lombok (di timur). Adanya garis ini juga tercatat oleh Antonio Pigafetta tentang perbedaan biologis antara Filipina dan Kepulauan Maluku, tercatat dalam perjalanan Ferdinand Magellan pada 1521. Garis ini lalu diperbaiki dan digeser ke Timur (daratan pulau Sulawesi) oleh Weber. Batas penyebaran flora dan fauna Asia lalu ditentukan secara berbeda-beda, berdasarkan tipe-tipe flora dan fauna. Garis ini lalu dinamakan "Wallace-Weber".

 

Garis Lintang


Garis lintang itu adalah garis maya yang melingkari bumi ditarik dari arah barat hingga ke timur atau sebaliknya , sejajar dengan equator (garis khatulistiwa). Garis lintang terus melingkari bumi, dari equator hingga ke bagian kutub utara dan kutub selatan bumi. Menurut penamaannya, kelompok garis yang berada di sebelah selatan equator disebut Lintang Selatan (S). Sedangkan kelompok garis yang berada di sebelah utara equator disebut Lintang Utara (U). Jarak antar garis dihitung dalam satuan derajat. Garis lintang yang tepat berada pada garis khatulistiwa disebut sebagai 0º (nol derajat). Makin ke utara atau ke selatan, angka derajatnya makin besar hingga pada angka 90º (Sembilan puluh derajat) pada ujung kutub utara atau kutub selatan. Satuan derajat bisa juga disebut Jam sehingga setiap derajat terbagi menjadi 60 menit (diberi symbol ‘) dan setiap menit terbagi lagi menjadi 60 detik (diberi symbol ”). Jika misalnya garis lintang suatu tempat tertulis seperti ini : 57º 27′ 14”S, maka dibaca sebagai 57 derajat 27 menit 14 detik Lintang Selatan. Pada system pemetaan internasional huruf U sebagai Lintang Utara diganti dengan huruf N (North). Sedangkan Lintang Selatan tetap menggunakan huruf S karena Selatan dalam bahasa Inggris (South) juga berawalan huruf S. Garis Lintang menandakan perbedaan zona iklim di bumi. Daerah diantara garis Khatulistiwa yang diapit oleh garis CANCER dan garis CAPRICORN (antara 23,27 o LU – 23,27 o LS) disebut daerah tropis, karena di sanalah sepanjang waktu matahari bersinar pada siang hari, di daerah ini hanya dikenal 2 musim yaitu musim panas dan penghujan. Sementara daerah antara 23,27o LU dan 66,33oLU serta antara 23,27oLS dan 66,33oLS disebut daerah sub-tropis, di daerah ini dapat terjadi 4 musim yaitu musim panas, musim gugur, musim dingin, dan musim semi. Sementara di daerah dekat Kutub utara dan selatan (90oLU dan 90oLS) dapat terjadi masa dimana dalam satu hari tidak muncul matahari, atau sebaliknya dalam satu hari matahari selalu bersinar (dikenal dengan istilah matahari tengah malam).

GARIS WEBER


Garis  Weber adalah sebuah khayal pembatas antara dunia flora dan fauna di paparan sahul dan di bagian lebih barat Indonesia. garis ini membujur dari utara ke selatan antara kepulauan Maluku dan Papua serta antara Nusa Tenggara Timur dengan Australia. Garis ini dicetuskan oleh Max Carl Wilhelm Weber atau Max Wilhelm Carl Weber (lahir di Bonn, 5 Desember 1852 – meninggal di Berbeek, 7 Februari 1937 pada umur 84 tahun) adalah seorang ilmuwan ahli ilmu hewan (zoologis) dan biogeografi berkebangsaan Jerman-Belanda.
Weber secara khusus tertarik dengan kedalaman laut di selat Lombok, yaitu selat yang memisahkan antara Pulau Bali dengan Pulau Lombok, dimana sebelumnya Wallace menyatakan bahwa selat antara Pulau Bali dan Pulau Lombok menjadi tanda pemisah bagi fauna yang bercirikan Asia dan fauna yang bercirikan Australia. Tetapi penemuan Weber mengindikasikan bahwa kedalaman laut di Selat Lombok hanya sekitar 312 m yang berarti selat Selat Lombok tidak begitu dalam. Sehingga demikian setelah ditelaah lebih dalam lagi, terutama kondisi fauna di kepulauan Indonesia Timur khususnya di Celebes dan Maluku, menurut Weber, garis pemisah yang kuat antara fauna Asia dan Australia tidaklah ada, akan tetapi semakin menuju ke arah timur dari kepulauan nusantara, maka fauna bercirikan Asia semakin berkurang, dan sebaliknya, fauna yang bercirikan Australia semakin banyak.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Weber ini oleh sebagian peneliti dianggap telah memindahkan garis Wallace lebih ke arah timur yang mana kemudian garis ini dinamakan dengan “Garis Weber”, meski Weber sendiri tidak begitu menyetujui garis imajiner pemisah sebagaimana garis imajiner Wallace. Garis imajiner Weber dipopulerkan oleh Paul Pelseneer di tahun 1904.
Dalam pandangan modern secara umum dapat diterima bahwa antara garis Wallace dan garis Weber merupakan zona transisi yang disebut “Wallacea”. Ilmuwan dapat memberikan gambaran bahwa garis Wallace antara Borneo dan Celebes merupakan ujung dari lempengan benua Asia, sedangkan garis Weber antara Celebes dan Kepulauan Maluku mencerminkan keseimbangan fauna antara fauna yang bercirikan Asia dengan Australia. Sekembalinya Weber dari penjelajahan di Hindia Timur, ia menerbitkan hasil penelitiannya dalam suatu publikasi ilmiah yang berjudul “Zoologische Ergebnisse einer Reise in Niederländisch Ost-Indien”.
Secara umum,titik utama penelitian Weber adalah tentang biologi kelautan yang difokuskan pada jalur migrasi invertebrate laut dan ikan-ikan pelagis (yang menghuni lapisan laut menengah dan atas). Dalam melakukan penelitia, ia bersama teman-temannya menemukan cukup banyak ikan-ikan dan hewan laut jenis baru, contohnya seperti kerang lentera (filum Brachiopoda), yang ditemukan di beberapa kepualauan di bagian timur nusantara seperti di daerah Banda, Ambon, Seram, Kei, Sulawesi, Sulu dan Selayar. Sedangkan menurut Tomascik (1997), ekspedisi Siboga di nusantara berhasil menemukan sebanyak 70 spesies dan 27 genera karang ahermatypic, termasuk 3000 spesies sponge (rumput laut). Selain itu peta batimetri (peta konfigurasi dasar laut) yang pertama untuk nusantara dihasilkan pula dari ekspedisi ini.